Senin, 30 Juni 2008

Merendahkan Yang Maha Tinggi

Adakah yang menyadari bahwa Inkuisisi abad pertengahan di Eropa terjadi dalam rupa yang berbeda di Indonesia? Dahulu, mereka memburu dengan api, cambuk, pedang, memaksa orang-orang yang mereka katakan bidat untuk berpaling dari kepercayaan yang terpaksa mereka tebus dengan darah.


Tak berbeda dengan apa yang terjadi pada masa medieval, reinkarnasi inkuisitor memburu mangsa mereka dengan pedang dan parang, membakar dengan api, menutup tempat kediaman Tuhan dengan segel manusia. Sejarah memang berulang. Selalu.


Agama adalah candu. Menyebabkan para pecandunya mengalami halusinasi tingkat lanjut yang kadang menyebabkan mereka berpikir mereka adalah Tuhan. Menyebabkan toleransi melenyap, penolakan keberagaman. Xenophobia. Cemas akan sesuatu yang mengancam kelangsungan iman mereka. Patut dipertanyakan, bagaimana mereka sampai menyebutnya iman.


Para pecandu agama, para inkuisitor itu, mereka tidak hanya orang-orang yang bergelut dengan pedang dan parang. Sesungguhnya mereka juga hadir dalam baju yang berbeda. Dalam balutan jas. Pendekatan yang berbeda. Mereka hadir tidak dengan parang atau kelewang, tapi dengan uang dan mie instan sekeranjang. Mereka melecehkan Sang Khalik dengan membuat orang mengingkari iman demi perut, memaksakan kepercayaan dengan makanan. Memalukan.


Apa yang kau banggakan bila kau mengkonversikan orang lain ke agamamu dengan pemaksaan, apa pun bentuknya. Tidak percayakah engkau bahwa Yang Maha Kuasa dapat menjamah hati mereka tanpa memerlukan bantuan pedang dan uangmu?


***


Para inkuisitor, self-proclaimed God’s personal bodyguard, pendekatan mereka dapat berbeda, tujuan mereka satu: Memaksa.


Iman bukanlah paksaan.


Maka……


Terkutuklah mereka yang memaksa dengan pedang, parang, dan batu.

Terkutuklah mereka yang memaksa dengan indomie, beras, dan uang saku.

Terkutuklah mereka yang menjadikan agama sebuah komoditas.


Terkutuklah mereka yang bertingkah seolah-olah Dia yang omnipotent telah menjadi impoten.


*Pangeran Siahaan, orang Indonesia biasa, tapi merdeka.

5 komentar:

Serenada Iblis mengatakan...

Pangeran itu terinspirasi dari RAN ya? apakah ngerapnya kaya RAN yang real hiphop? nyanyinya kaya RAN?

hahaha, satu dus mie instan ditukar iman. gw mau dong!!! mie indofood goreng ya!

sayang di warung ga ada yang jual iman...

Anonim mengatakan...

elo mo nuker iman sm indomie? iman elo kepada siapa fan? diri sendiri? hohohoho.....

Kurisutaberu mengatakan...

tsk tsk tsk. nggak ada yang comment, comment internal deh. hahah

Serenada Iblis mengatakan...

kasian loh si mostboy, kris bel

hojob blouejoke huahahahaha....

Anonim mengatakan...

tau gini mending gue taro di blog gue yg pengunjungnya 100-an orang/hari......hehehe