Senin, 30 Juni 2008

Laras ini Bukan Makian, Hanya Tanda Tanya Tanpa Batas...

Tulisan ini seutuhnya dituliskan dengan penuh rasa cinta kepada Tuhan…

Tuhan yang tak perlu nama, tak melibatkan diri dalam sejarah dunia manusia yamg fana, serta tak memilah-milah bangsa dan kedudukan mahluknya berdasarkan kriteria manapun untuk dikasihinya...

Tuhan yang lebih baik tidak campur tangan terhadap urusan manusia di dunia…

Tuhan yang adalah terlalu tinggi dan dashyat untuk kita rendah-manusiawikan…


Banyak dari kita yang tak pernah mengerti mengapa orang bisa membunuh orang lain demi –katanya sih- "Tuhan", "Kemurnian Ajaran" (tentunya menurut Dogma mendarah daging), atau “kemaslahatan masyarakat”. Hmm, hal lucu demikian tentu membuat sebagian kecil dari kita tertawa terbahak-bahak.

Kita mungkin berucap “Ada toh, orang-orang yang mengaku bertuhan, menggunakan simbol-simbol gambaran terjajahnya budaya mereka untuk menggambarkan betapa suci dan dekat tuhannya mereka, mengajarkan kasih sayang, sambil membakar rumah orang dan mengumandangkan nama Tuhannya”.

Sebagian lain berkata “katanya beragama, dimedia massa bilangnya kegiatan kriminal semua dilakukan oleh orang-orang tak bertuhan dan tak beragama, tapi liat deh siapa orang-orang yang kebukti ngelakuin kejahatan di lapangan”.

Tapi gw percaya aja kok klo orang yang gak beragama lebih jahat.

Soalnya setiap tahun gw selalu lihat di Indonesia ada sekelompok besar orang-yang-ngaku-gak-beragama-dan-ga-bertuhan yang bakar kitab suci dijalan sambil diunjukin ke TV, bikin perang sama negara lain karena mereka negara percaya tuhan akibat dogma ketidakpercayatuhanan, mukul-mukul orang sampe cacat karena percaya Tuhan, bakar-bakar rumah, memasyarakatkan darah orang beragama gak salah klo ditumpahkan tanpa alasan jelas, bilang orang yang kritis itu antek tuhan dan mesti dibasmi, jahat ya orang2 gak beragama dan gak bertuhan itu.

Tapi hey, sekali lagi kan itu oknum yah, bukan agamanya hahahaha

Bayangin orang yang punya peta keluarga, biasa nunjukin belok kanan dan dijadiin langganan lewat, dibandingin belok kiri dan kata orang banyak cepet nyampe. Apakah salah klo kita ngerasa jalan kita lewat yang kita rasa jalan pintas dan paling aman, kita kasih tau ke orang lain?

Yaa ini Cuma perbandingan dangkal sih, tapi masalahnya sesederhana itu kok. Ini cuma agama, yang kamu lakuin tanpa logika tapi kemudian pasti merasa terpanggil mencoba mencari-cari pembenaran itu, karena itu identitas kamu yang entah bagaimana ditanamkan ke otak kamu melebihi kamu sayang sama keluarga atau pasangan kamu. Sesederhana itu.

Memangnya agama itu pilihan? Hahaha, Cuma sedikit orang-orang yang memilih agama untuk diri mereka sedari awal, untuk kemudia memikirkannya matang-matang. Sisanya? Agama papaku, agama mamaku, agama significant-others-ku, dan blab bla bla.

Ketika agama jadi mendarah daging yang dimasukin untuk ngisi otak dari dasar sampe ke permukaan, sekalipun kita melihat sebuah cacat agama yang sangat mungkin terjadi, kita ga akan serta merta menolak seperti kita memastikan “orang ini kampungan” dan “orang ini terdidik”. Atau, “ini pakaian matching”, ini “norak” dengan melihat referensi dari majalah dan orang-orang satu kelas sosial kita sekitar. Padahal, sama seperti agama, itu sama-sama bentukan dari pandangan bersama dari orang-orang yang kita anggap “ada” dan berpengaruh,serta apa yang “katanya” kata-kata Tuhan dimasukin ke kitab suci beserta seperangkat dogma blab la bla.

Kamu jadi marah? Gak papa, saya rasa wajar-wajar aja. Toh namanya dicuci otak dari lahir, kan? Dan kamu pasti masih ga mau ngakuin itu. Tapi mudah-mudahan kesadaran palsu tentang tuhan-yang-berfirman-itu gak bikin kamu bunuh-bunuhan sesama cuci otak tapi beda masukan yaa.

Next time, klo ada orang bilang pernah liat UFO, bisa bicara sama kucing, atau ngaku orang dari masa depan, kamu gak boleh ketawain mereka dan bilang itu gak logis. Semua kan iiimannn masing-masing… toh kalau kamu bisa bilang yang nyiptain alam bisa turun ke bumi doang, jadi –gak cuma dalam wujud manusia doing, tapi- kucing, anjing, matahari, keris pohon, bangunan, dll (banyak baca yah, “ide awal manusia tentang tuhan”), kenapa kamu gak bangun pagi dan ketawain diri kamu sendiri? Nah lohh, gak adil donggg…

Agama itu seperti narkoba, bisa berpengaruh baik misalnya:

· Bikin kamu jadi bikin lebih takut neraka dan siksa hari akhir dibanding Tuhan sehingga kamu ga berbuat jahat.

· Bikin simpanan hitung-hitungan kebajikan demi imbalan dan surga (serta bidadarinya yang jablay-jablay cihuy!!! Cewe-cewe sabar ya… liatin aja kita-kita bikin film bokep).

· Bikin orang-orang miskin ikhlas kalau mereka itu miskin diciptakan tuhan gitu takdirnya, biar gawean ga susah nyarinya jaman sekarang.

· Bisa menangin perebutan kekuasaan dalam politik dengan nama partai yang oke, kaum sama-agama-sama-saya-loh, nyingkirin perempuan dari panggung politik dengan alasan “penyihir”, “takdir harus didapur”, “takdir ditindas”.

eits, jangan lupa masalah ini, semua terletak pada penafsir teks loh, salahkan si penafsir teks

· Bikin usaha kanibal makmur, buruh-buruh yang minta kenaikan tunjangan karena hidup susah (entah karena gaya hidup yang besar pasak daripada tiang, bayaran LSM, atu murni jeritan serikat buruh kali ya) jadi bungkam cukup dengan bayarin satu orang pake jargon dan simbol keagamaan terus bikin fatwa gerakan tersebut “komunis” = “ateis” = “kafir” = “musuh masyarakat” dalam pidato-pidato keagamaan.

· Bikin perang berbagai negara dengan satu agama yang sama selesai. Terus sebagai gantinya, bikin keduanya bersatu buat ngancurin agama lain.

Dll. Banyak deh yang bagusnya… gak percaya? Kamu hidup di mars yah?

Buruknya?

· Nazi, perang salib, konsili nicea, dinasti dinasti timur tengah, ethnic cleansing bosnia-armenia-serbia, perang irak, perang Vietnam, perang perang perang perang penjajahan semuanya biasanya direstuin sama pemuka agama, untuk membasmi “anti tuhan” dan “anti ajaran”. “Us” and “Them”.

Cuma satu ya jeleknya? Wah wah wah berarti bagus dong…

Masih, agaknya gak adil. Kita ga boleh bilang karena sekelompok orang ngacau menggunakan atribut dan simbol, kita jadi ngait-ngaitin simbol yang mereka bawa ngewakilin apa itu, yang kita jadiin sasaran praduga tanpa kebijaksanaan yang jelas.

Pelajaran yang bisa didapat? Seenggaknya menurut saya…

· Sekali lagi, pada dasarnya agama sama kaya narkoba. Kamu bisa pake itu buat pengobatan dan operasi medis, atau dipake buat senang-senang kemudian nimbulin perbuatan amuk gelap mata. (Tapi hey, kalau kamu sehat kamu ga butuh narkoba kan? Jagalah kekebalan tubuh dan kesehatan agar kita ga perlu pake obat-obatan. Nanti merusak ginjal.)

· Kita harus berlaku adil, jangan cepat merumus-duga-putus-nilai-kan sesuatu itu langsung jadi buruk, jelek atau apa lah, karena perwalian dari orang-orang yang kelihatannya merepresentasikan sesuatu tersebut,

· Gak akan pernah ada namanya “kebenaran sejati”. Adanya “kebenaran-yang-sejauh-ini-sejati-yang-kita-tahu”. Demikian hingga tulisan ini sendiri bisa kamu anggap benar atau tidak. Tentnunya kita tetap harus saling menghargai realitas empiris kita masing-masing hehehe…

PS:

Untuk teman-temanku sayang, semoga Tuhan dalam realitas kita masing-masing masih membukakan pikiran kita untuk berpikir, bertindak dengan membuktikan kalau contoh-contoh diatas -setidaknya dengan perbuatan kecil kita- tidak seutuhnya benar dan bisa kita bantah dengan bersama-sama membangun hari esok dilingkup dunia kita lebih baik.

WE GOTTA RETROSPECT FOR LIFE… -Common Sense-

*hanya sebuah lirih lainnya yang dipersembahkan semata untuk tiap hati yang terkecewakan

7 komentar:

Radith Prawira mengatakan...

no offense, cuma mau nanya,poin ke 2 ttg hal yg baik dari agama "hitung2an kebajikan demi imbalan dan surga (serta bidadarinya yang jablay-jablay cihuy!!!" terbaca sedikit keras ya di mata saya yang awam.

novy E mengatakan...

fan, bukannya nulisnya udah lama? agak diedit dulu yuk sebelum di-post. yuuhuu.. ejaan salah bikin gatel deh. dan agak jangan terlalu berbelit yuk.

Serenada Iblis mengatakan...

iya maaf abisan emang baru bikin mendadak banget, soalnya laptop gw kemaren ngehang banyak yang ilang hiks

paman radith, bagian yang offensif itu, lebih ke apa2 pahala, consciencenya ga dipake gitu, namanya juga ga diedit.

maaf yaahhh

next time gak gitu2 deh, apa gw apus gw ganti aja?

Radith Prawira mengatakan...

jah paman..saya br msk kuliah tahun 2007,, xp saya seneng ko baca blog ini, namanya juga manusia tiap kacamata yg dipake beda2,, ngmg2 saya minus 6 lho..

keep posting all!

Serenada Iblis mengatakan...

jah, saya baru masuk kuliah 2005.

tenang paman, saya bukan ageist...
lagian tuaan anda kok, saya des 87

saya belajar banyak dari anda...
blognmya tentang dunia perinternetan anda bagus...
makasih banyak atas tanggapannya...

kacamatakita mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Radith Prawira mengatakan...

ha5.. dia tau.. maba status doank, umur ga bs boonk. sama2, saya juga belajar dr anda. bahasa yg dipakai khususnya postingan yg ttg "fpi & liberal" tu enak dibaca bgt.