Jumat, 11 Juli 2008

pop yang membudaya

saat diberitahu tentang tema kali ini yang serjudul 'budaya pop', saya sempat bertanya-tanya. alhasil, saya pun mencari tahu dari beberapa sumber, baik dari dunia maya maupun dari dunia nyata. ada seorang teman yang baik yang merangkum pengertian dari sebuah situs hanya dengan dua kata, kemakan zaman. dan setelah saya pikir-pikir, benar juga kata teman saya yang lain, pengertian budaya pop tergantung dari intepretasi masing-masing orang. jadi inilah budaya pop dari kacamata saya.

kata pop yang sering kita dengar berasal dari kata populer, contohnya saja musik pop. suatu hal yang populer itu kemudian membudaya, mungkin karena saking populernya. jadilah budaya pop hadir di masyarakat kita. apa pun yang terkini menjadi sesuatu yang seakan-akan wajib diikuti oleh semua orang.

budaya pop tidak melulu menelan anak mall sebagai korban. disadari atau tidak, sempat muncul budaya mendadak-cinta-kota-tua. dimana-mana ada saja anak muda yang mengalungkan kamera SLR di lehernya. orang yang tadinya hanya mengandalkan kamera HP langsung merengek pada mami-papinya untuk dibelikan kamera yang harganya bisa untuk biaya kuliah. bagi orang-orang yang memang sudah terjun dalam dunia kota tua dan kamera, hal ini sangat menggelikan. dasar anak bau kencur.

ada pula budaya populer di bidang olahraga. masih ingat bowling? sekitar tahun 2002/2003, bowling sempat menjadi olahraga yang paling digandrungi. dan mungkin aneh kalau anda tahu bahwa saya belum pernah main bowling sekalipun, terlepas dari sekedar gaya atau olahraga dan manfaat sebenarnya. saya ingat, seorang teman -yang saat itu masih SMP- dengan semangat mengikuti kursus bowling. tidak tanggung-tanggung, dia juga membeliberbagai alat penunjang lainnya, dari sepatu khusus sampai bola bowling. saya ingin tahu disimpan dimana bola itu sekarang. (n.)

bentuk budaya populer yang tak dapat kita hindari akhir-akhir ini adalah budaya batik. mungkin tujuannya memang baik, untuk melestarikan budaya tanah air. tapi apa untuk membuktikan kecintaan itu artinya kita harus memakai batik kemana-mana, termasuk mall? saya memberi nama khusus untuk penyakit populer yang satu ini, korban mode! bukan cuma batik, tapi juga kacamata geeky dan kawan-kawannya. rasanya mall jadi hampir sama seperti sekolah, orang-orang yang berkeliaran di dalamnya memakai seragam. mungkin memang benar korban budaya pop terbesar adalah anak mall. dan tak lupa, saya harus menambahkan tante-tante ke dalam daftar itu. mungkin kalau mall bisa dbilang sekolah khusus budaya populer.

sebenarnya budaya pop bukanlah suatu hal yang buruk seburuk-buruknya, tapi lagi-lagi ini dilihat dari kacamata saya. gaya yang membudaya ini biasanya bermula dari sesosok manusia dengan publisitas tingkat tinggi. apa yang dipakai oleh seseorang di layar tv langsung diikuti pemirsanya di rumah. fesyen pun berubah makna menjadi pasaran. itu efek jeleknya, tapi untungnya masih ada budaya pop yang bisa menjadi hal positif. suatu kebetulan yang indah, saya mendapati salah satu majalah gaya hidup favorit saya yang sedang mengulas jeans sebagai pop icon. saya bersyukur budaya pop yang bermula sejak perang dunia kedua itu menjadi sesuatu yang abadi dan tak lekang dimakan zaman. malah sampai sekarang jeans mengalami berbagai perkembangan dan menciptakan budaya pop yang baru. hebat bukan?

pada intinya, baik-buruknya budaya pop ditentukan kita sendiri. tidak ada salahnya mengikuti perkembangan zaman, namun bukan berarti kita lupa pada kepribadian dan keunikan masing-masing pribadi. jangan mudah terpengaruh gaya terkini. atau lebih sederhananya, jangan mudah kemakan zaman.

1 komentar:

Serenada Iblis mengatakan...

gw percaya gak ada yang namanya jati diri atau tetaplah pada siapa kau sebenarnya

karena siapa kita sebenanrya saja mengambil peran empiris-based dan aksi-tanggap sama linkup sekitar...

nasib kita kali ini sama, bu
nyaris nir-komentar huahahahaha