Jumat, 18 Juli 2008

Gue dan Cokelat

Semua orang suka cokelat. Ada yang nggak? Memang ada beberapa yang ga suka-suka banget, tapi ga bisa dimasukkan ke dalam kategori pembenci cokelat. Tidak seperti delicacy lainnya seperti keju yang digemari sebagian orang dan dihindari sebagian lainnya (Gue pernah bawa beberapa donut keju ke Medan dan mereka membuang kejunya sebelum memakan donutnya. LOL.).

Gue termasuk orang yang gila makan cokelat, dalam artian secara berkala gue akan membeli cokelat sebanyak-banyak dan memakannya like there’s no tomorrow. Gue akan mengeluarkan berpuluh ribu rupiah untuk beberapa Toblerone atau Ritter Sport dan menghabiskannya lebih cepat dari jam kerja seorang kuli bangunan untuk memperoleh uang yang sama. Kalau dipikir-pikir, gue keterlaluan juga.

Kalau uang di dalam dompet dalam kondisi setengah mengenaskan, maka nafsu makan cokelat cukup dipuaskan dengan sekotak Chocolatos yang bertahan paling lama 3 hari. Silverqueen dan beberapa produk Cadbury juga pilihan yang bijak di tengah kondisi cekak.

Gue juga akan melahap cokelat dalam produk olahan lain seperti brownies (yang rum raisin dari Kartika Sari, hell yea!). Waktu SMA gue punya temen namanya Tyas. Brownies buatan dia salah satu paling enak yang pernah gue cicipin. Mungkin di antara pembuat brownies amatir (baca: tidak bermerek), brownies dia yang paling ajib. Good news for me, akhirnya bulan ini ada reuni kelas gue dulu. Tyas, bawa brownies ya!

Dulu ada orang ngomong ke gue, kalau bicara cokelat harus bicara Hershey’s. Walau gue pikir ga segitunya juga, tapi memang rasanya Hershey’s memang enak. Biarpun begitu, gue agak males untuk membeli Hershey’s di jaringan ritel ibukota. Sama malesnya untuk membeli cokelat-cokelat mahal di gerai-gerai yang khusus menjual cokelat. Tunggu saudara datang dari luar negeri sajalah.

Begitulah kira-kira sekelumit cerita gue tentang cokelat. O iya, jauhi cokelat-cokelat macam cap ayam jago dan sejenisnya karena itu bahkan bukan cokelat. Hanya mirip-mirip cokelat. Kira-kira seperti masturbasi lidah lah.

Note: 9 bungkus Chocolatos dihabiskan dalam proses pembuatan tulisan ini.

*Pangeran Siahaan, pemakan (bukan penikmat) cokelat.

4 komentar:

novy E mengatakan...

jangan salah, bung. ada loh temen gue yang sama sekali anti cokelat. ga mau sesuatu yang judulnya cokelat nyentuh bibirnya. gue agak tercengang pas tau. ck ck. ternyata ada yah..

ps: pantesan, nge. you are what you eat.

Serenada Iblis mengatakan...

ck ck k
itu ternyata landasan dibalik
perut lo yang najis itu...

work out yu, ran
biar manifestone lebih menarik hati
seperti RAN hauhahaha

ciyeee yang mirip rayi... hahahaha

Anonim mengatakan...

@novy

teman anda pasti dari kawasan inpres desa tertinggal...

@irfan

i dig mo chicks than ya mo-fo

Anonim mengatakan...

hidup coklaaat..

loh